Tim Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr R Soetijono Blora, berperan aktif membantu menurunkan kasus stunting (asupan gizi kurang ke anak) dengan sosialisasi di masyarakat lewat Puskesmas. Peran itu sejalan dengan program pemerintah dalam rangka penanganan nasional penurunan kasus stunting.
Direktur RSUD dr R Soetijono Blora, dr Puji Basuki, M.Kes
“Kita berperan aktif membantu penurunan stunting di kabupaten ini,” ujar Direktur RSUD Blora, dr Puji Basuki M.Kes
Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Blora menargetkan, Blora terbebas dari zero new stunting (tidak ada kasus baru stunting) di 2024. Sedangkan jumlah penderita stunting di Kabupaten Blora mengalami penurunan setiap tahun. Saat ini tinggal 9,23 persen dari tahun sebelumnya 13 persen.
“Setiap tahun angka maupun prosentase stunting di Blora terus turun. Semoga berkat kerja keras lintas sektoral stunting di Blora sudah tidak ada lagi kasus baru di 2024,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Edi Widayat, belum lama ini.
Menurut dr. Puji Basuki, RSUD Blora telah membentuk tim agregasi. Tim beranggotakan dokter spesislis anak, dokter kandungan, tenaga kesehatan dalam program penanganan nasional kasus penurunan stunting.
Program ini, seiring sejalan dengan Kabupaten Blora yang berperan menekan kasus kasus stunting. Caranya merancang desain penanganan stunting, melukan kunjungan ke puskesmas juga aktif bersosialisasi mencegah agar tidak muncul kasus anak kurang gizi di Blora.
Langkah kongkrit edukasi, lanjut dr. Puji Basuki, terus menerus melakukan edukasi ke Puskesmas. Aktif menggelar agregasi sesuai dengan program nasional penurunan stunting.
Dengan memberikan pemahaman kesehatan terhadap ibu hamil, ke calon pengantin (pra-nikah), saat persalinan hingga pasca-salin, juga kepada ibu muda. Juga meningkatkan layanan di klinik-klinik anak.
“Jadi saat bayi lahir dan tumbuh mulai awal, juga pra-nikah dan kasus-kasus nikah belum umur, kita menyediakan klinik psikoligi. Juga sosilisasi tentang asupan pemberian zat besi ke anak. Intinya, tim dari rumah sakit ikut intervensi untuk kesehatan anak,” imbuhnya.
Dikatakan oleh dr. Puji Basuki, program berkelanjutan anak atau juga disebut proses kelanjutan tumbuh kembang anak, itu juga menyangkut masa depan anak. Dalam hal ini, dukungan keluarga yang hidup dengan anak stunting itu perlu penanganan khusus.
“Intinya, keluarga siap, sehingga anak tidak tambah berat kasusnya. Jadi kita melakukan penanganan secara komprehensif. Misalnya di rumah sakit itu ada fasilitas ada rehab medik yang bisa membantu perkembangan anak. Itu penting,” paparnya.
Menurut dr Puji Basuki, RSUD Blora juga telah merubah dan terus menjalankan plafform secara menyeluruh. Seperti mengubah image yang selama ini seolah-olah kita (pengelola rumah sakit) adalah raja.
Kemudian sikap itu dibalik menjadi bahwa pasien adalah raja untuk dilayani sebaik mungkin. Itu karena posisi pasien yang sakit, tetapi juga membawa beban social dan ekonomi.
“Makanya pelayanan mulai dari tempat parkir, sampai pendaftaran pasien, tugas perawat dan dokter harus meningkatkan softskill-nya Penting ini,” tandasnya.